REPRODUKSI PADA MANUSIA
Pembelahan
Sel
Pembelahan
mitosis dan meiosis merupakan cakupan ilmu di bidang
Ilmu Pengetahuan Alam atau yang biasa disingkat dengan IPA.
1. Pembelahan
Mitosis
Pembelahan mitosis merupakan
proses pemisahan inti dari sel menjadi dua inti sel baru dengan melalui
tahap-tahap tertentu dan menghasilkan sel anak dengan jumlah kromosom dan jenis
kromosom yang relatife sama dengan sel induknya. Dari satu sel menjadi dua sel
anak yang identik, di mana masing-masing sel tersebut mewarisi kromosom yang
ada pada sel induk dan jumlah kromosonnya pun sama di masing-masing sel anak.
Jika pada sel induk memliki jumlah koromosom 4n, maka di setiap sel anak
juga memiliki kromosom 4n.
2. Pembelahan
Meiosis
Pembelahan meiosis disebut juga dengan
pembelahan reduksi karena pada pembelahan ini terjadi pengurangan jumlah
kromosom menjadi separuhnya. Pembelahan tahap meiosis ini memiliki sifat-sifat
berikut.
v Pembelahan
berlangsung dua kali.
v Jumlah
sel anak yang dihasilkan adalah 4 buah.
v Jumlah
kromosom sel anak adalah setengah dari jumlah kromosom induk, yaitu n
(haploid).
v Sifat
sel anak berbeda dengan sel induknya.
v Terjadi
pada sel kelamin (sel gamet).
v Tujuan
pembelahan tahap meiosis yaitu agar generasi berikutnya mempunyai jumlah kromoson
tetap.
v Pembelahan
tahap meiosis meliputi tahapan-tahapan berikut.
1. Pembelahan tahap Meiosis I
Pada proses pembelahan tahap meiosis I
terjadi beberapa tahap berikut.
a. Profase I
Pada tahap ini terjadi lima proses.Pada
tahap ini terjadi lima proses.
1. Laptoten
Leptoten merupakan tahap pengumpulan
kromosom. Pada tahap ini terjadi proses-proses berikut.
a) Kromonemata merenggang dan kelihatan
sebagai benang-benang halus. Kromomernya menjadi kelihatan dan serabutnya
mungkin telah mengganda tetapi tidak kelihatan. Biasanya nukleolus dan selaput
inti masih ada.
b) Filamen protein mulai terbentuk secara
lateral dan kemudian melekat pada sentromer.
Agar lebih jelas perhatikan Gambar
berikut!
2. Zigoten
Zigoten merupakan tahap kromosom memendek
dan berpasangan (sinapsis). Pada tahap ini terjadi proses-proses berikut.
a) Kromosom homolog saling tarik-menarik
dan mulai berpasangan (sinapsis). Suatu prosedur yang tetap dan terjadi antara
kromomer dan kromomer.
b) Peristiwa ini merupakan perbedaan yang
jelas antara meiosis dan mitosis. Pasangan kromosom homolog itu disebut
bivalen.
c) Diduga kromosom homolog berdekatan satu
dengan yang lain selama interfase. Replikasi DNA terjadi selama interfase dan
terbentuk kromatid. Pada leptoten terbentuk serabut protein sebagai elemen
lateral yang kemudian melekat pada kromatid. Struktur ini disebut synaptinemal
kompleks. Ternyata elemen lateral ini saling menarik dan melekatkan kromosom
menjadi satu.
d) Sinapsis ini memungkinkan pertukaran
bahan genetik dari kromosom induk dan kromosom bapak. Agar lebih jelas,
perhatikan Gambar berikut!
3. Pakhiten
Tahap pakhiten merupakan tahap akhir dari
proses berpasangan. Pada tahap ini terjadi proses-proses berikut.
a) Kromosom makin pendek karena makin berpilin.
b) Masing-masing bivalen menjadi dua dan
terlihat empat benang yang disebut tetrad.
c) Terjadi pindah silang dengan pertukaran
timbal balik antara bagian kromosom homolog. Beberapa sintesis DNA tetap
berlangsung yang mungkin ada hubungannya dengan pindah silang.
Agar lebih jelas, perhatikan Gambar
berikut:
4. Diploten
Pada tahap diploten terjadi proses
kromosom yang berpasangan mulai memisah. Pada tahap ini terjadi proses-proses
antara lain:
a) pemendekan kromosom berlangsung terus;
b) mulai terjadi pemisahan pasangan
kromosom;
c) bukti terjadinya pindah silang ialah
pembentukan kiasma yang terlihat sebagai bentuk silang dari lengan kromosom,
pemisahan gen terdapat pada kromosom yang sama;
d) synaptinemal kompleks kemudian terlepas
dari kromatid.
Agar lebih jelas, perhatikan Gambar
berikut:
5. Diakinesis
Pada tahap diakinesis terjadi
proses-proses berikut.
a) Pemendekan kromosom mendekati maksimum.
b) Kiasmata mendekati ujung dan jumlahnya
makin berkurang.
c) Benang gelendong mulai terbentuk dan
selaput inti mulai hilang. Proses tersebut terlihat pada Gambar berikut;
b. Metafase I
Pada tahap metafase terjadi proses-proses
berikut.
1) Benang gelendong menjadi teratur dan
beberapa benang melekat pada sentromer.
2) Sentromer dari bivalen terdapat pada
bidang metafase yang merupakan pasangan kromosom, bukan merupakan kromosom
tunggal seperti pada metafase dari mitosis.
3) Berderetnya bivalen ini secara rambang,
dalam hubungannya dengan kromosom yang berasal dari pihak ayah dan pihak ibu.
Pengaturan kromosom pada metafase ini adalah akibat pengaruh genetik.
c. Anafase I
Pada tahap anafase I terjadi tahap-tahap
berikut.
1) Pemisahan kromosom homolog selesai
kemudian kromosom bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Sentromer tidak
membelah dan bagian kromosom yang tertukar bergerak bersama di mana bagian itu
baru saja melekat. Masing-masing kromosom sekarang mempunyai dua kromatid.
2) Pengaturan kromosom homolog dan
perpindahannya ke arah kutub benang gelendong ini secara kebetulan dan
merupakan dasar hukum pemisahan bebas dan segresi dari Mendel. Apabila gen
dominan dan resesif pada satu pasang kromosom homolog diberi simbol A dan a,
maka gen-gen ini akan memisah ke kutub yang berlawanan. Apabila gen dominan dan
resesif pada satu pasang kromosom homolog lain diberi simbol B dan b, maka
kedua pasang gen itu akan memisah secara bebas.
d. Telofase I
Telofase merupakan tahap yang terjadi
proses-proses berikut.
1) Telah terjadi reduksi jumlah kromosom
(haploid). Masing-masing kromosom ini terdiri dari dua kromatid.
2) Tahap ini sangat berbeda-beda antara
spesies satu dengan yang lain. Pada beberapa sel tanaman terbentuk selaput inti
dan nukleolus muncul kembali, sedang pada yang lain tidak terbentuk selaput
inti. Replikasi DNA tidak terjadi lagi, tetapi sintesis protein dapat
berlangsung terus.
Secara Keseluruhan Proses Meiosis I dapat dilihat pada
animasi berikut
2. Pembelahan tahap Meiosis II
Apabila diamati di bawah mikroskop,
pembelahan kedua ini serupa dengan mitosis tetapi sebenarnya bukan mitosis.
Tidak ada kromosom homolog, kromatidnya mungkin bukan merupakan belahan dari
kromosom yang sama karena adanya pindah silang dan pertukaran bahan genetik
antara kromatid dari kromosom lain. Pembelahan kedua ini perlu untuk memisahkan
kromatid ke dalam gamet-gamet. Tahap pembelahan tahap meiosis II terdiri atas
tahap-tahap berikut.
a. Profase II
Pada tahap profase II terjadi
proses-proses antara lain:
1) kromosom menjadi pendek dan tebal
kemudian menjadi kelihatan lagi;
2) kromosom-kromoson ini mulai bergerak ke
bidang metafase.
b. Metafase II
Pada tahap metafase II ini terjadi
proses-proses antara lain:
1) kromosom kelihatan, terdiri atas dua
kromatid;
2) penyebaran kromatid ke arah kutub
secara rambang;
3) sentromer melekat pada benang
gelendong;
4) sentromer mulai membelah.
c. Anafase II
Pada tahap anafase II ini terjadi proses
antara lain:
1) sentromer dari masing-masing kromosom
telah membelah dan kromatid telah memisah dan menjadi satu kromosom;
2) kromosom baru itu bergerak menuju
kutub.
d. Telofase II
Pada tahap telofase II ini terjadi proses
antara lain:
1) selaput inti terbentuk mengelilingi
empat hasil pembelahan;
2) bentuk kromosom tidak jelas;
3) masing-masing inti mengandung satu
anggota dari pasangan kromosom, keadaan haploid;
4) terjadi modifikasi sel lebih lanjut
untuk menghasilkan gamet.
Reproduksi
Pada Manusia
Reproduksi pada manusia terjadi secara
seksual, artinya terbentuknya individu baru diawali dengan bersatunya sel
kelamin laki-laki (sperma) dan sel kelamin wanita (sel telur). Sistem
reproduksi manusia dibedakan menjadi alat reproduksi laki-laki dan perempuan.
A. Alat reproduksi laki-laki
Alat reproduksi laki-laki terdiri dari
alat kelamin bagian luar dan alat kelamin bagian dalam. Perhatikan gambar di
bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Sedangkan alat
kelamin bagian dalam terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, prostat,
vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.
Alat Reproduksi Pria
1. Testis
Testis disebut juga dengan
buah zakar. Testis merupakan organ kecil dengan diameter sekitar 5 cm pada
orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC)
agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar
tubuh di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis
sebelah kanan dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan
sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2 – 3
minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat bergerak sendiri dengan
ekornya.
Testis juga memiliki tanggung jawab lain,
yaitu membuat hormon testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat
bertanggung jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara
laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang
memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantong
kulit yang melindungi testis dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya testis.
Skrotum berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang
mengatur jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum
dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan mengerut
dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih
hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur.
Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan.
3. Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah
tabung yang dibentuk dari otot. Vas deferens membentang dari epididimis ke
uretra. Vas deferens berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum
dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas
deferens menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini
berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.
4. Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang
lebih kecil dari vas deferens. Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan
membentuk bangunan seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan
sperma.
5. Vesikula seminalis
Alat ini berfungsi sebagai penampung
spermatozoa dari testis.
6. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat sebagai penghasil cairan
basa untuk melindungi sperma dari gangguan luar.
7. Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine.
Uretra berfungsi membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
8. Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu
batang dan kepala penis. Pada bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya,
disebut preputium. Kulit ini diambil secara operatif saat melakukan sunat.
Penis tidak mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk
penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan
ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis
terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk
mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran
pengeluaran sperma, dan urine.
Sperma
Pada usia remaja (sekitar usia 12 – 13
tahun), umumnya organ kelamin laki-laki telah mampu menghasilkan sel sperma.
Biasanya ditandai dengan mimpi dan keluarnya sel sperma (mimpi basah). Sel
sperma manusia memiliki panjang ±60 μm. Dalam satu tetes semen (air mani)
terdapat kurang
lebih 200 – 500 juta sperma. Sel sperma
dapat bergerak aktif karena mempunyai flagela (ekor).
Proses Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan sperma
disebut spermatogenis. Pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa sperma
dihasilkan oleh testis. Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis.
Dalam tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan spermatogonium
yang haploid (Lihat gambar di bawah).
Spermatogenesis
Spermatogonium ini kemudian membesar
membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan membelah
secara meiosis I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder yang haploid.
Kemudian setiap spermatosit sekunder akan membelah secara meiosis II untuk
menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel spermatid akan berdiferensiasi
menjadi spermatozoa atau sperma.
B. Alat reproduksi wanita
Saat dilahirkan seorang anak wanita telah
mempunyai alat reproduksi yang lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat
reproduksi ini akan berfungsi sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki
masa pubertas. Alat reproduksi wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan
alat kelamin luar. Alat kelamin bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia
mayora, labia minora, mons pubis dan klitoris. Sedangkan pada alat kelamin
bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii (oviduk), dan uterus (rahim).
Alat Reproduksi Wanita
1. Vulva
Vulva merupakan daerah yang menyelubungi
vagina. Vulva terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar
vagina, dan saluran kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang
terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena
tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak
dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar
mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam.
Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar.
Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis yang menjaga
jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara ke dua labia
minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar kacang polong,
penuh dengan sel saraf sensorik dan
pembuluh darah. Alat ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi
seksual.
2. Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis,
panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada
saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina
bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat
melahirkan vagina bisa
melebar seukuran bayi yang melewatinya.
Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang
dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap wanita.
Selaput ini akan robek
pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
3. Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim.
Serviks ada pada bagian terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina,
sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan
berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan
licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang
berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
4. Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini
memiliki peranan yang besar dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat
menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan
berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar
6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar
dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai tempat untuk
perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki banyak pembuluh darah
sehingga dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri
atas 3 lapisan, yaitu:
Lapisan parametrium, merupakan lapisan
paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
Lapisan miometrium merupakan lapisan yang
berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).
Lapisan endometrium merupakan lapisan
dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini
terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
5. Ovarium
Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut
juga dengan indung telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut
bagian bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa
dan mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi
yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel
telur disebut juga dengan ovum.
6. Tuba fallopi
Tuba fallopi disebut juga dengan saluran
telur. Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri
rahim sepanjang +10 cm. Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui
fimbria. Ujung yang satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim sedangkan
ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen.
Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini disebut
fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium.
Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam
saluran telur menuju ke dalam rahim.
Proses Oogenesis
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis
dan terjadi di ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis
lapisan luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium
dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I menghasilkan satu
oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder kemudian berkembang menjadi ovum
haploid yang siap untuk dibuahi oleh sperma.
C. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio.
Fertilisasi adalah proses pembuahan. Ovum
matang dilepas ovarium dan ditangkap rumbai-rumbai pada corong tuba fallopi.
Jika ada sperma masuk, maka ovum dibuahi sperma. Ovum yang sudah dibuahi
membentuk zigot, kemudian zigot bergerak menuju rahim.
Jika ovum tidak dibuahi sperma, jaringan
dalam dinding rahim yang telah menebal dan banyak pembuluh darah akan rusak dan
luruh sehingga terjadi menstruasi.
Bersamaan dengan terjadinya pematangan
ovum, sel-sel dinding rahim tumbuh menebal dan banyak pembuluh darah sehingga
pada saat zigot datang dan menempel tidak terjadi gangguan. Pematangan ovum dan
penebalan dinding rahim dipengaruhi hormon esterogen dan progesterone.
Di rahim embrio berkembang selama 9 bulan
untuk menjadi bayi.
Perkembangan embrio:
1. Usia 4 minggu, sudah tampak pertumbuhan
mata dan telinga.
embrio usia 4 minggu
2. Usia 8 minggu, sudah terbentuk janin
yang mirip dengan bayi, mulai tampak tangan, jari tangan, hidung, dan kaki.
embrio usia 8 minggu
3. Usia 10 minggu, panjang janin lebih
kurang 6 cm dan sudah terlihat seperti bayi. Ukuran kepalanya lebih besar dari
pada ukuran badan.
4. Usia 16 minggu, panjang janin telah
mencapai 40 cm dan memilliki organ yang sudah lengkap.
embrio usia 16 minggu
5. Usia 40 minggu, janin sudah siap untuk
dilahirkan. Selama dalam rahim, embrio mendapatkan nutrisi dari induknya
melalui plasenta. Plasenta mempunyai fungsi sebagai berikut.
Menyalurkan zat makanan dari induk ke embrio.
Mengalirkan zat-zat sampah dari embrio ke
dalam darah induknya.
Melindungi janin dari berbagai zat racun atau
kuman penyakit.
D. Siklus Menstruasi
Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan
yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang
banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk
menerima pelekatan embrio. Jika tidak terjadi pelekatan embrio, maka lapisan
ini akan luruh, kemudian darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan
ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan
menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi
wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi
dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4
fase, yaitu:
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi ini terjadi jika ovum
tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon
esterogen dan progesteron. Turunnya kadar esterogen dan progesteron menyebabkan
lepasnya ovum dari endometrium yang disertai robek dan luruhnya endometrium,
sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5
hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50-150 mili liter.
2. Fase pra-ovulasi
Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase
poliferasi. Pada fase ini hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan
hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH. FSH singkatan dari
folikel stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang
folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen menyebabkan
pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar
esterogen juga menyebabkan serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat
basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga
mendukung kehidupan sperma.
3. Fase ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan
28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen
menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan
dari luternizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi
Fase ini berlangsung selama 14 hari
sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun
panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama
yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang)
yang telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon
esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung
kerja esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluhpembuluh darah pada
endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima pelekatan embrio
jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mengeluarkan
hormon, sehingga kadar progesteron dan esterogen menjadi rendah. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
Perubahan Hormon Saat Menstruasi
E. Gangguan Sistem Reproduksi pada Manusia
Sistem reproduksi dapat mengalami gangguan
atau kelainan. Gangguan ini dapat menyebabkan pasangan usia subur sulit
memperoleh keturunan. Oleh karena itu, kamu harus selalu menjaga kesehatan
organ-organ reproduksi, sehingga kelak dapat memperoleh keturunan yang sehat.
Beberapa gangguan dan penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi adalah
sebagai berikut.
1. HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang
kekebalan tubuh. Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual, transfusi
darah penderita AIDS, jarum suntik yang tercemar, dan ibu hamil kepada anaknya.
Tubuh yang terserang virus HIV
kekebalannya rusak, sehingga mudah terinfeksi oleh berbagai jenis penyakit yang
dapat menimbulkan kematian. Infeksi HIV awalnya tidak menampakkan gejala sakit.
Pada tahap berikutnya muncul gejala flu berulang seperti lesu, demam,
berkeringat di malam hari, dan otot sakit.
a. Gejala HIV
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Virus
ini akan merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang sel darah putih.
Seseorang yang mengidap AIDS tidak dapat melindungi dirinya dari segala macam
bibit penyakit. Akibatnya, penderita bisa terserang berbagai penyakit.
Pada awalnya, orang yang terinfeksi HIV
tampak seperti orang yang sehat dan tidak memperlihatkan gejala-gejala
tertentu. Fase ini dapat terjadi selama 5 – 7 tahun, tergantung dari kekebalan
tubuh si penderita.
Pada tahap selanjutnya, akan muncul gejala
awal seperti hilangnya selera makan, tubuh terasa lemas, dan badan berkeringat
secara berlebihan pada malam hari. Kemudian akan timbul bercak-bercak dikulit,
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, mengalami diare terus menerus,
serta flu yang tidak sembuh-sembuh. Fase ini berlangsung 6 bulan sampai 2
tahun.
Tahap terakhir atau fase AIDS akan terdiagnosa
setelah kekebalan tubuh sudah sangat berkurang. Pada tahap ini biasanya
penderita mudah terserang penyakit TBC, pneumonia, herpes, gangguan saraf, dan
sebagainya. Kejadian ini berlangsung selama 3-6 bulan. Untuk mengetahui apakah
seseorang dinyatakan positif menderita AIDS, harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap banyaknya jumlah sel T pada darahnya.
b. Penularan HIV
Sebagian besar orang tertular HIV karena
hubungan seksual. Virus HIV dapat menyerang orang pemakai narkoba dan tato yang
menggunakan jarum suntik dan semprotan yang telah terkontaminasi oleh virus
HIV. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah. Ibu hamil yang mengidap
AIDS dapat menularkan virus HIV pada janinnya.
Penularan HIV sangat cepat sekali, seperti
di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pengguna narkoba semakin banyak, seks
bebas, dan perpindahan penduduk yang tinggi. Untuk itulah, kita harus
menanggapi dengan serius dan sebisa mungkin mencegah penyebaran virus ini.
c. Pencegahan HIV
Obat penyakit AIDS belum ditemukan sampai
saat ini. Satu-satunya jalan supaya terhindar dari penyakit ini adalah
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, AIDS dapat
juga dicegah dengan cara sebagai berikut.
1) Menghindari hubungan seks bebas dengan
orang yang menderita penyakit ini.
2) Menghindari hubungan seks dengan orang
yang pecandu narkoba.
3) Mengadakan pemeriksaan laboratorium
terhadap orang yang akan mendonorkan darahnya.
4) Menjamin sterilitas alat suntik dan
menggunakannya untuk sekali pakai.
2. Sifilis
Penyakit sifilis sering disebut raja
singa. Sifilis bersifat menular dan disebabkan oleh bakteri Troponema pallidum.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan
kehamilan. Gejala awalnya timbul bisul pada bagian penis laki-laki atau di
rahim perempuan. Bisul ini tidak menyebabkan rasa sakit dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Gejala selanjutnya muncul lesi di permukaan kulit di seluruh tubuh
namun tidak menyebabkan gatal, sariawan di mulut, sakit tenggorokan, demam
ringan, dan pembengkakan kelenjar limfa pada lipatan tangan, leher, dan paha.
Gejala-gejala ini juga dapat hilang dengan sendirinya. Pada infeksi tingkat
lanjut, muncul gejala berupa kerusakan tulang dan sendi, aorta, dan dapat
menyebabkan kelumpuhan. Namun gejala-gejala ini dapat dihentikan dengan
pengobatan.
3. Gonore
Penyakit gonore disebabkan oleh infeksi
bakteri Neisseiria gonokokus dan dapat menular melalui hubungan seksual. Gonore
menyerang selaput lendir uretra, leher rahim, dan organ lain. Pada laki-laki,
gejalanya adalah terasa sakit saat buang air dan keluar nanah dari uretra. Pada
penderita wanita, muncul gejala keluar lendir berwarna hijau dari alat kelamin.
Namun banyak perempuan yang tidak menunjukkan adanya gejala, sehingga penyakit
akan berlanjut sampai terjadi komplikasi. Infeksi yang menyebar hingga ke
testis (pada laki-laki) dan oviduk (pada wanita) dapat menyebabkan kemandulan.
Infeksi yang menyebar ke persendian menyebabkan radang sendi. Bayi yang lahir
dari penderita gonore dapat mengalami kebutaan jika tidak segera mendapatkan
pengobatan.
4. Klamidia (klamidiasis)
Pada laki-laki akan keluarnya nanah dari
penis saluran urine. Sehingga mengakibatkan infeksi pada testis.
5. Herpes (dhab)
Luka pada vagina atau penis. Ini sangat
membahayakan jantung dan otak, melalui ibu yang ditularkan ke fetusnya.
6. Candidiasis (keputihan)
Gejala yang timbul yaitu luka pada vagina
atau penis seperti bercak-bercak yang menyerang pada alat kelamin manusia
Infeksi pada dinding vagina, langit -langit, lipatan dekat anus. Melalui proses
kelahiran infeksi berasal dari ibu selama kelahiran. Ini dapat diakibatkan
karena kebersihan vagina, mulut dan anus tidak terjaga.